
Arif Nuh Safri: Syarah Hadis itu Perlu Dikaji
Ushuluddin – Kepala Prodi Ilmu Hadis (Kaprodi ILHA) Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta Arif Nuh Safri M.Hum menyampaikan bahwa kitab-kitab syarah hadis perlu dikaji.
Hal ini ia sampaikan dalam acara Seminar Nasional hasil kolaborasi antara IIQ An Nur Yogyakarta dan UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan bertajuk Peluang dan Tantangan Prodi Ilmu Hadis di Era 5.0.
Menurut Arif, posisi syarah dalam Studi Hadis ibarat tafsir dalam Studi Quran. Keduanya sama, tapi respons terhadapnya beda.
Kajian terhadap tafsir sudah lumrah dan sejak lama dilakukan, tapi pada kitab syarah masih jarang. “Secara jumlah, kitab syarah hadis juga banyak dan harusnya ini bisa dikaji,” kata Arif.
Dalam praktiknya, lanjut Arif, kajian syarah bisa menjadi pijakan untuk melakukan reinterpretasi hadis. Betapa pun, mengetahui perkembangan realitas yang begitu cepat, reinterpretasi terhadap hadis harus dilakukan.
Arif menegaskan, penafsiran kembali terhadap hadis berhubungan dengan eksistensi hadis itu sendiri di masyarakat.
“Banyak kasus ya. Seperti hadis soal isbal yang belakangan ini kerap dipahami secara tekstual dan ini kurang pas menurut saya,” pungkasnya dalam diskusi yang dipandu oleh dosen Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Fatimah Fatmawati.
Dalam acara ini hadir 9 dosen dari IIQ An Nur dan UIN Gus Dur dan sekitar 60 mahasiswa dari kedua lembaga tersebut. Termasuk di dalamnya adalah Kaprodi ILHA UIN Gus Dur Dr. H. Hasan Su’aidi, M.S.I.