
Dorong Aktualisasi Kajian Hadis di Medsos, Fakultas Ushuluddin Gelar Seminar Nasional
Ushuluddin – Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta menggelar Seminar Nasional bertajuk “Revitalisasi dan Aktualisasi Kajian Hadis sebagai Tren di Ruang Virtual” untuk mendorong proses aktualisasi hadis di media sosial (medsos) pada Selasa, 21 Maret 2023.
Seminar ini dihadiri oleh Dosen Prodi Ilmu Hadis (ILHA) UIN Sunan Kalijaga Dr. Muhammad Akmaluddin, M.S.I. dan Dosen Prodi ILHA IIQ An Nur Yogyakarta Khoirul Imam, S.Th.I., M.Ag. sebagai narasumber.
Dr. Akmal menyampaikan kemajuan teknologi seharusnya bisa memudahkan masyarakat, khususnya para pengkaji hadis, untuk lebih mendalami kajian hadis. Ada empat (4) model, ungkapnya, yang bisa dioptimalkan, yakni perpustakaan digital hadis berbasis situs web, aplikasi hadis berbasis aplikasi, konten-konten hadis di media sosial, dan Artificial Intelligence (AI).
“Untuk yang AI, yang sedang populer itu ada ChatSonic dan ChatGPT. Untuk yang ChatSonic, malah jika kita tanya, nanti dia bisa menjawab sekaligus kita dikasih referensinya. Namun, ini masih menggunakan Bahasa Inggris,” jelas Dr. Akmal dalam diskusi yang dipandu oleh Fatimah Fatmawati, M.Ag., dosen Prodi IAT IIQ An Nur Yogyakarta.
Satu sisi, Dr. Akmal, melanjutkan, memang beberapa hal tersebut bisa sangat membantu, tapi pada sisi lain, dampaknya juga nyata. Menurutnya, dampak paling nyata adalah adanya pergeseran otoritas.
“Dulu, ketika ingin tanya soal urusan agama, kita kan sowan ke kiai. Tapi sekarang, khususnya masyarakat kota, mereka malah tanya di kolom komentar akun-akun Youtube-nya para ustaz. Hari ini banyak akun-akun Youtube yang berisi kajian keislaman,” ungkap Dr. Akmal.
Dalam seminar yang digelar di auditorium utama IIQ An Nur Yogyakarta ini selanjutnya Khoirul Imam menambahkan bahwa otoritas keagamaan merupakan satu hal yang harus dipertaruhkan dalam konteks revolusi digital.
“Revolusi digital melahirkan otoritas kapitalisme. Dan otoritas kapitalisme ini berdampak pada lahirnya otoritas keagamaan baru,” jelas Ruli, sapaan akrabnya.
Ruli menengarai, munculnya otoritas keagamaan baru tersebut penting untuk direspons, terutama oleh lingkaran Studi Hadis. Sebab, karena tekstur ruang digital yang khas, para pemegang otoritas keagamaan baru tersebut kerap menunjukkan sikap yang kaku dan keras.
“Ya saya bisa bilang, di sini ada dua golongan ya. Kanan dan kiri. Dan yang cenderung memegang kendali otoritas keagamaan hari ini adalah golongan yang pertama,” tegasnya.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 60 mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan beberapa dosen Prodi IAT dan Prodi ILHA. Berdasarkan paparan dari Kepala Prodi ILHA IIQ An Nur Yogyakarta Arif Nuh Safri, S.Th.I., M.Hum., harapan dari diadakannya seminar nasional ini adalah agar kajian mahasiswa mendapatkan update dari kajian hadis dalam konteks ruang virtual.
“Ini penting untuk mahasiswa Ushuluddin ya. Bagi mahasiswa ILHA, ini saat yang tepat untuk mendengar hasil riset dari Dr. Akmal yang risetnya memang fokus pada kajian hadis, sedangkan untuk mahasiswa IAT, ini adalah momen untuk menyinergikan antara Ilmu Al-Quran dan Tafsir dan Ilmu Hadis. Di kelas kan, tidak belajar isu hadis secara spesifik kan,” pungkas Arif. (ms)