
Ushuluddin Gandeng UIN Gus Dur Bahas Tantangan Prodi ILHA ke Depan
Ushuluddin – Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta menggandeng Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah UIN KH. Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) untuk membahas tantangan Program Studi Ilmu Hadis (Prodi ILHA) ke depan.
Menurut Yuni Ma’rufah, dalam sambutannya mewakili Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur, diskusi antar-lembaga tentang masa depan Prodi ILHA seperti ini mendesak untuk dilakukan.
Pasalnya, daya serap mahasiswa baru Prodi ILHA masih rendah. “Jadi, harapannya kerja sama ini bisa ditindaklanjuti dan melahirkan kegiatan-kegiatan lainnya yang bermanfaat untuk Prodi ILHA,” ungkap Yuni pada Rabu (7/6).
Hal senada disampaikan oleh Kepala Prodi (Kaprodi) ILHA UIN Gus Dur Dr. H. Hasan Su’aidi, M.S.I. Menurutnya, soal daya serap mahasiswa, itu merupakan persoalan yang hampir semua Prodi ILHA di Indonesia merasakannya.
“Problemnya sama ya, sepi peminta, tapi ini tidak berlaku di UIN Jogja. Prodi ILHA di UIN Jogja sepertinya banyak mahasiswanya,” ungkap Hasan dalam diskusi yang dibingkai dengan konsep Seminar Nasional bertajuk Peluang dan Tantangan Program Studi Ilmu Hadis di Era 5.0.
Meski demikian, lanjut Hasan, Prodi ILHA bukan berarti tidak memiliki peluang. Ada dua (2) peluang setidaknya, yaitu jumlah hadis yang lebih banyak dibanding ayat Al-Quran dan kebijakan bahwa alumni Prodi ILHA bisa menjadi guru Mata Pelajaran Al-Quran dan Hadis.
Idealnya, ketika jumlah hadis lebih banyak, mahasiswa Prodi ILHA lebih mudah untuk melakukan eksplorasi, khususnya dalam kaitannya dengan realitas yang tidak terbatas.
Jika misalnya dengan ayat Al-Quran yang jumlah tidak lebih dari 10.000, tegas Hasan, diskusinya bisa hidup dan jumlah mahasiswa lumayan, maka diskusi di bidang Hadis lebih bisa berkembang. “Ya kan jumlah hadis itu banyak ya. Ratusan ribu,” katanya.
Untuk peluang menjadi guru, Hasan menyampaikan, belakangan ini alumni Prodi ILHA bisa menjadi guru, khususnya di pelajaran Al-Quran dan Hadis. Dengan ungkapan lain, ini peluang bahwa lulusan Prodi ILHA bisa diserap pasar. “Output-nya ada. Jika ada yang tanya, mau jadi apa kuliah di ILHA, kita bisa jawab jadi guru,” tandas Hasan.
Lebih jauh, narasumber lainnya Arif Nuh Safri, M.Hum menambahkan bahwa ada satu lagi peluang yang Prodi ILHA miliki: isu-isu keislaman yang dekat dengan masyarakat berkaitan dengan hadis.
Menurut Arif, banyaknya perbincangan soal hadis oleh masyarakat menunjukkan bahwa minat dan kebutuhan masyarakat atas hadis ada, bahkan tinggi. Hanya saja yang sering memanfaatkan kondisi ini bukan dari kalangan yang benar-benar fokus pada kajian hadis.
“Singkatnya, kita sebagai yang terlibat dalam kajian hadis secara serius perlu untuk terjun ke masyarakat dan berbagi soal bagaimana sebenarnya memahami hadis dengan baik dan benar,” jelas Kaprodi ILHA IIQ An Nur.
Diskusi yang dipandu oleh dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) IIQ An Nur Fatimah Fatmawati, M.Ag ini dihadiri oleh sekitar 10 dosen baik dari IIQ An Nur dan UIN Gus Dur dan 60 mahasiswa dari kedua kampus tersebut.